Tuesday, February 03, 2009

ERDOGAN:Saya adalah lawan bagi mereka yang bertepuktangan untuk kezaliman ini, baik di sini maupun di sana

Davos, Swiss: Sebuah peristiwa langka terjadi pada Word Economic Forum (Forum Ekonomi
Dunia) di Davos-Swiss. Turki yang selama ini sangat dikenal sebagai salah satu negara
sekutu terdekat Israel secara tegas dan mengejutkan mengambil sikap berseberangan dalam
kasus agresi Israel di jalur Gaza belum lama ini.

Kamis malam 29/01/2009 dalam sebuah forum bertema seputar agresi Israel ke Jalur Gaza,
pada pertemuan Word Economic Forum, di Davos, terjadi perdebatan sengit antara presiden
Israel
Shimon Peres dan perdana menteri Turki Recep Tayyip Erdogan, yang berakhir dengan
walk out nya Erdogan sebagai tindakan protes atas sikap berat sebelah moderator dalam
debat tersebut. Tidak hanya sampai di situ, bahkan Erdogan menutup ucapannya dengan,
"Saya tidak akan pernah lagi menghadiri (forum) Davos setelah ini, bagi saya Davos telah
tamat"

Pada kesempatan tersebut Peres berbicara dengan suara lantang dan kritikan sangat tajam
yang ditujukan kepada Turki dan pucuk pimpinannya, karena sikap Turki yang dianggap
berpihak kepada penduduk Gaza. Namun pada saat Erdogan memberikan tanggapan, moderator
tidak memberikan kesempatan kepadanya, hingga beliau memutuskan untuk meninggalkan forum
dan langsung bertolak pulang ke Turki.

Saat itu Erdogan hanya berbicara selama12 menit. Dan mengarahkan ucapannya kepada
perdana menteri Israel Ehud Olmert, "Selama anda terus membombardir dan menjadikan
roket-roket dan Hamas sebagai alasannya, (lalu) apa yang telah anda lakukan selama enam
bulan masa gencatan senjata, selain membunuh 28 warga Palestina serta mengembargo
listrik dan makanan?"

Beliau menambahkan, "Kita sebagai umat manusia sudah seharusnya memikirkan sikap-sikap
yang ada. Dan saya tekankan bahwa tidak ada motivasi lain, selain kemanusiaan, pada
sikap saya dalam mendukung rakyat Gaza. Saya tidak anti smith dan tidak anti agama
manapun. Dan saya ingatkan bahwa kalian menunda-nunda bantuan kemanusiaan Bulan Sabit
Merah
Turki di perbatasan"

Sebagaimana beliau menegaskan bahwa demokrasi menuntut diterimanya keinginan rakyat
Palestina dan dihormatinya pilihan mereka. Hal tersebut beliau ucapkan sebagai sindiran
terkait penahanan ketua dan beberapa anggota parlemen serta beberapa jajaran kabinet
Palestina oleh pemerintah Israel.

Lebih lanjut beliau berkata, "Saya telah minta kepada Olmert untuk membebaskan para
anggota parlemen dan menteri, tapi dia menjawab, '(Mahmud) Abbas (Presiden Palestina
dari kelompok Fatah. red) akan marah jika kami melakukan itu'. Maka saya katakan, 'jika
demikian bebaskan para tawanan lainnya.' Dia mengatakan, 'Jika saya bebaskan mereka,
Mahmud Abbas akan terancam krisis'. Lalu setelah pertemuan itu dia membunuhi orang-orang
dengan tidak berperikemanusiaan di Gaza"

Beliau juga mengungkapkan keheranannya terhadap perbandingan antara kekuatan Israel dan
bangsa Palestina, "Apakah rakyat Palestina memiliki senjata yang sebanding dengan yang
dimiliki Israel, termasuk di dalamnya senjata pemusnah masal? Tentu saja jawabnya tidak.
Bahkan mereka membombardir lembaga-lembaga milik PBB, sekolah-sekolah dan masjid-masjid
dengan roket-roket dan bom".

Dan dalam bantahannya yang tidak sempat diselesaikan terhadap Shimon Peres, Erdogan
berkata, "Saudara Peres, usia anda lebih tua dari saya, namun suara anda lantang sekali,
saya rasa ini menunjukkan adanya krisis psikologis pada diri anda. Dan saya ingatkan
bahwa sebelum ini kalian telah membunuhi anak-anak di pesisir Gaza, padahal tidak ada
roket-roket yang diluncurkan dari situ"

Beliau menambahkan, "Kalian memiliki dua perdana menteri yang mengungkapkan
kegembiraannya ketika tank-tank merangsek memasuki Gaza, sedangkan saya adalah lawan
bagi mereka yang bertepuktangan untuk kezaliman ini, baik di sini maupun di sana. Dan
sikap ini merupakan kejahatan lain terhadap kemanusiaan".

Lebih lanjut beliau menyeru Peres, "Saya ingatkan kepada anda, bahwa Taurat melarang
pembunuhan. Dan banyak dari kalangan Yahudi dunia mengutuk pembantaian dan pengerahan
kekuatan secara sporadis tersebut".

Selanjutnya moderator dalam forum tersebut David Ignatius, yang merupakan kolumnis
Washington Post, melakukan intervensi untuk menghalangi Erdogan melanjutkan
tanggapannya. Sesekali dengan memotong ucapannya dan sesekali dengan isyarat tangannya.
Namun Erdogan berusaha membalasnya dan memintanya untuk tidak memotong ucapannya dan
juga dengan isyarat tangannya, untuk mengingatkan akan haknya dalam memberikan
tanggapan. Di samping waktu yang telah beliau gunakan belum sebanding dengan yang
diberikan kepada Peres.Beliau baru berbicara selama 12 menit, sedangkan Peres telah
berbicara selama 25 menit.

Hingga pada akhirnya Erdogan merasa bahwa dirinya dihalangi dan dilarang untuk berbicara
dan memberikan tanggapan. Maka beliau berkata, "Terimakasih, terimakasih, terimakasih.
Selama kalian melarang saya untuk menyelesaikan ucapan saya, maka saya tidak akan lagi
menghadiri (forum) Davos setelah ini. Bagi saya Davos telah tamat". Kemudian beliau
berdiri meninggalkan forum dengan hanya menyalami sekjen Liga Arab Amr Mousa tanpa
menyalami sekjen PBB Ban Ki Moon dan Peres.
Setelah itu Erdogan mengadakan jumpa pers singkat dan menjelaskan alasan walk out dari
forum yang penyebab utamanya adalah ketidakberesan moderator.

Setibanya di Istanbul - Turki, Jum'at subuh 30/01/2009, Erdogan langsung mengeritik
moderator yang diangapnya tidak memberikan kesempatan kepadanya untuk mengomentari
statement Shimon Peres. Ujar beliau, "Peres berbicara dalam waktu yang lebih lama dari
kami semua dan menggunakan bahasa yang bernada meremehkan, mencemooh dan profokatif. Dan
itu tidak dapat diterima". Beliau menambahkan, "Sebagian orang tidak memahami keberadaan
saya sebagai kepala pemerintahan Turki dan bukannya ketua partai Keadilan dan
Pembangunan". "Saya ingin berbicara apa adanya dan jelas serta memperjuangkan harga diri
dan kehormatan Turki. Dan saya tahu bahwa rakyat saya menunggu dari saya sikap semacam
ini." Lanjutnya.

Erdogan menyampaikan pernyataannya tersebut dihadapan kerumunan masa yang telah menunggu
kedatangannya di luar bandar udara. Lebih lanjut beliau menegaskan bahwa, "Suara yang
keluar dari Turki merupakan pesan kepada dunia agar mereka mengetahui apa yang
sebenarnya terjadi dan pentingnya kebenaran. Agar kebenaran itu diletakkan di atas
kekuatan dan bukan sebaliknya".

Erdogan baru berhasil keluar dari bandara setelah hampir dua jam karena banyaknya
kerumunan masa. Kemudian beliau berjalan kaki di jalan-jalan selama beberapa saat
bersama ribuan orang yang menyambut kedatangannya, meskipun udara sangat dingin. Mereka
telah berkerumun sejak Kamis malam sambil membawa spanduk-spanduk bertuliskan dukungan
kepada Erdogan, di antaranya: "Selamat datang Pemimpin Dunia", "Hendaknya dunia melihat,
bagaimana harusnya seorang perdana menteri", "Sang Penakluk Davos", "Kami sangat
berbahagia dengan (sikap) anda" dan "Selamat datang hai Erdogan, sang pelindung
orang-orang lemah".

Sementara itu, ribuan warga Palestina di selatan jalur Gaza turun ke jalan menyambut
hangat sikap perdana menteri Turki di Davos. Mereka berjalan kaki di jalan-jalan dengan
melewati Khan Yunus, Rafah dan sebagian besar wilayah jalur Gaza sambil membawa gambar
Erdogan dan bendera Turki.

Mengomentari sikap Erdogan tersebut, ketua Liga Arab Amr Mousa berkata, "Sikap Erdogan
bisa dipahami. Israel memang tidak pernah mau mendengarkan siapapun."Assalamu'alaikum